Kemudian pada era tahun 1980-an muncullah yang biasa dipanggil batik print. Batik print tersebut kalau dikembalikan ke definisi awal kemunculan batik, tidak dapat dimasukkan ke dalam kategori batik, hanya produk tekstil bermotif serupa batik. Proses batik print tidak secara full manual handycraft, dan yang lebih utama tidak memakai malam sebagai media pembatikan.
Hal inilah yang paling memukul keberadaan batik yang asli. Dengan perbandingan hasil produksi batik tulis rata-rata perminggu jadi 1 potong, batik cap sehari 20 potong dan print bisa mencapai ratusan bahkan ribuan potong, maka pasar pada saat itu dibanjiri produk printing, yang jelas dengan harga yang jauh lebih rendah, meskipun untuk kualitas seni printing kalah jauh. Akan tetapi sebagian besar pasar pada saat itu tidak bisa membedakan seni batik sesungguhnya.
Makin lama tergusurlah satu persatu pengusaha batik asli. Banyak dari mereka yang gulung tikar. Akan tetapi pendidikan pasar tentang batik asli sesungguhnya sudah mulai membuahkan hasil, dengan semakin membaiknya pasar batik asli (tulis dan cap). Dan sekarang mulai bertumbuhan lagi produsen-produsen batik asli.